Jaka Tarub

 

Pada masa lalu hiduplah seorang pemuda bernama Jaka Tarub. Dia merupakan pemuda desa yang gemar berburu. Suatu hari, dia sedang berburu di tengah hutan. Selama seharian Jaka Tarub belum menemukan hewan buruan. Dia masuk hutan makin dalam. Di tengah belantara, sayup-sayup dia mendengar suara beberapa wanita sedang berbincang dan bercanda disertai gemericik air. Yang membuatnya sangat penasaran ini suara perempuan atau suara kuntilanak ngapain pula ditengah hutan gini ada sekumpulan perempuan sedang bercanda. Berjalanlah dia kearah sumber suara.

Betapa terkejutnya dia saat melihat ternyata ada sekelompok bidadari yang tengah mandi di telaga. Paras para bidadari itu sangatlah cantik. Kemudian timbul sebuah ide gila. Jaka Tarub menyembunyikan salah satu baju milik bidadari itu.

Menjelang sore, para bidadari itu selesai mandi. Mereka mengenakan pakaian mereka kembali dan pulang menuju langit. Namun, ada satu bidadari yang tertinggal dan tidak ikut pulang. Sebab, dia kehilangan pakaiannya. Bak malaikat penolong, Jaka Tarub muncul meminjamkan kain kepada bidadari itu. Bidadari bernama Nawang Wulan itu lantas diajak pulang ke rumah.

Mereka berdua kemudian menikah. Nawang Wulan kini juga harus bekerja seperti layaknya manusia, seperti memasak dan mencuci. Namun, sebagai seorang bidadari dia memiliki kesaktian. Setiap hari dia hanya memasukkan sehelai padi ke dalam periuk. Anehnya, hasilnya bisa menjadi nasi yang cukup dimakan sekeluarga (Mungkin Nawang Wulan ini pemberi ide terciptanya Rice cooker kali y wkwkwk….) .

Namun, kesaktiannya itu bisa hilang jika ada orang yang membuka periuk saat dia memasak nasi. Dia selalu berpesan kepada Jaka Tarub untuk tidak membuka periuk itu.

Suatu hari, di tengah memasak, Nawang Wulan bermaksud untuk mencuci pakaian. Dia meminta tolong Jaka Tarub untuk mengasuh Nawangsih, anak mereka berdua yang telah lahir.

Saat Nawang Wulan mencuci, muncul rasa penasaran Jaka Tarub. Meski sudah diingatkan, dia mencoba membuka masakan dalam periuk. Betapa terkejutnya saat dia melihat ternyata selama ini Nawang Wulan hanya memasak sehelai padi untuk makan sekeluarga.

Rasa penasaran itu akibatnya sangat besar. Kini, kesaktian Nawang Wulan lenyap. Kini dia harus memasak beras untuk bisa menyiapkan makan bersama keluarganya. Persediaan beras di lumbung yang selama ini tidak pernah berkurang lama-kelamaan semakin terkikis. Setiap hari Nawang Wulan mengambil persediaan beras di lumbung. Saat persediaan menipis, dia ternyata justru menemukan sehelai baju di lumbung. Baju itu merupakan kepunyaannya yang hilang saat mandi di telaga.

Nawang Wulan baru sadar bahwa pakaian itu memang sengaja dicuri dan disembunyikan oleh Jaka Tarub. Dia lantas segera mengenakan pakaian itu kembali dan berubah menjadi bidadari. Jaka Tarub sangat kaget sekaligus sedih saat tau istrinya menemukan kembali pakaiannya itu dan berniat kembali ke khayangan. Jaka Tarub memohon agar Nawang Wulan tidak kembali. Bahkan mengingatkan Nawang Wulan akan Nawangsih anak mereka. Namun setelah berpesan kepada Jaka Tarub untuk terus merawat anak mereka, Nawangsih. Bila Nawangsih kangen akan dirinya Nawangsih boleh memandang bulan purnama. akhirnya Nawang Wulan pulang kembali ke kayangan.

Setelah di tinggalkan isterinya kembali ke khayangan Jaka Tarub pun membesarkan Nawangsih dan menjadi pemuka desa. Jaka Tarub bergelar Ki Ageng Tarub dan bersahabat dengan Brawijaya, raja Majapahit. 

Suatu hari, Brawijaya mengirimkan keris pusaka bernama Kyai Mahesa Nular dan seorang anak laki-laki bernama Bondan Kejawan. Utusan Brawijaya menyampaikan untuk merawat keris tersebut dan mengangkat Bondan Kejawan sebagai anak angkatnya. Ki Ageng Tarub mengetahui jika Bondan Kejawan sebenarnya putra kandung Brawijaya. Karena itu dengan senang hati ia mengajaknya untuk tinggal bersama.

Sejak saat itu Bondan Kejawan menjadi anak angkat Ki Ageng Tarub, dan diganti namanya menjadi Lembu Peteng. Ketika Nawangsih tumbuh dewasa, Lembu Peteng akhirnya menikahi anak hasil perkawinan Jaka Tarub dan Nawangwulan tersebut. Setelah Jaka Tarub meninggal dunia, Lembu Peteng alias Bondan Kejawan menggantikan posisinya sebagai pemangku desa. Nawangsih kemudian melahirkan seorang putra, yang setelah dewasa bernama Ki Getas Pandawa.Ki Ageng Getas Pandawa kemudian menikah dan memiliki putra bergelar Ki Ageng Sela, yang merupakan kakek buyut Panembahan Senopati, pendiri Kesultanan Mataram.

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Legenda 12 Shio

Wayang Kulit

Taisui