Asal-usul Pacitan
Menurut Babad Pacitan, nama Pacitan artinya camilan, sedap-sedapan, tambul, yang merujuk pada makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan.
Hal tersebut karena daerah Pacitan yang merupakan
daerah Minus. Dalam sejarahnya, sebagian masyarakat Pacitan pernah mengalami
kesusahan ketika memenuhi kebutuhan pangan, sehingga warganya tidak sampai
kenyang. Selain itu, ada pula pendapat lain yang menamai Pacitan berasal dari
‘Pace’ mengkudu yang memberi kekuatan. Pendapat ini berasal dari legenda yang
bersumber pada Perang Mangkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746-1755).
Sementara itu, sejarah Pacitan dimulai sejak Kerajaan Demak Batoro Katong
membuka hutan Ponorogo, wilayah pegunungan di sepanjang pantai selatan yang
masih berupa hutan dan belum terjamah manusia. Setelah membuka wilayah
tersebut, Batoro Katong Adipati Ponorogo pertama itu didatangi oleh seorang
tokoh agama. Tokoh tersebut rupanya berasal dari Demak dan bernama Kiai Siti
Geseng. Kepada Batoro Katong sebagaimana dikutip dari "Kisah Brang Wetan:
Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan", terjemahan Karsono
Hardjosaputra meminta Batoro Katong untuk diizinkan membuka hutan sebagai
pedesaan. Permintaan tersebut kemudian dikabulkan dan Kiai Siti Geseng diminta
untuk memilih hutan mana yang disukainya. Setelah memilih dan membuka hutan di
sana, Kiai pun diminta untuk menyebarkan agama Islam.
Kiai Siti Geseng dengan anak dan istrinya pun
kemudian berjalan ke selatan, naik turun gunung untuk mencari hutan yang cocok
untuk tempat bermukim. Sepanjang perjalanannya, mereka kerap mendapatkan kesulitan
yang susah diceritakan. Setibanya di sebuah lembah yang subur, mereka seraya
menancapkan tongkatnya yang berasal dari bambu petung sebesar gagang sabit. Tak
lama setelahnya, mereka mulai membabat hutan. Tempat yang pertama kali dipilih
oleh Kiai Siti Geseng saat ini disebut dengan Desa Ngrejoso. Setelah berusaha
untuk membuka lahan, Kiai Siti Geseng pun mencari air di mata air sekitarnya.
Di suatu titik di tempat tersebut, Kiai Gaseng berdoa agar tempatnya bisa
segera terwujud tanpa ada hambatan. Tempat itu sekarang dinamai Luweng Sewu,
yang sekarang berada di Desa Sukoharjo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.
Comments
Post a Comment